Monday 24 October 2016

Kerajaan Mataram

Pada mulanya, Mataram merupakan wilayah yang dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya kepada Ki Gede Pemanahan karena sudah membantunya membunuh  musuh Adiwijaya, Arya Penangsang. Selanjutnya tahtanya berganti kepda anaknya yang bernama Sutawijaya atau Panembahan Senopati pada tahun 1557 SM. Usahanya di Kesultanan Mataram mampu melepaskan diri dari kekuasaan Pajang dan memperluas daerah kekuasannya, dari wilayah Jawa tengah sampai Jawa Timur. Setelah Sutawijaya meninggal Raden Mas Jolang menggantikan Ayahnya dan pada masa pemerintahannya banyak dicurahkan dalam bidang pembangunan. Barulah pada masa Sultan Agung atau dikenal dengan nama Raden Mas Rangsang, kesultanan Mataram berada di puncak kejayaan. Mulai dari penerapan politik ekspansinya dan berkembangnya ajaran islam. Dalam bidang perekonomian, kesultanan Mataram tidak terlalu berkembang. Mataram adalah negara Agraris yang penghasilan utamanya dibidang pertanian saja. Sedangkan dalam bidang kebudayaan tradisi atau unsur Hindu-Budha menyatu dengan ajaran Islam yang biasa dinamakan Islam kejawen. Ia juga membuat tarikh (kalender baru) yaitu kalender Jawa-Islam pada tahun 1633. Namun kejayaan yang diukir oleh Sultan Agung berakhir setelah Susuhunan Amangkurat I naik tahta. Ia adalah sosok pemimpin yang kejam dan otoriter. Atas campur tangan pihak kolonial Belanda, akhirnya Kesultanan Mataram terpecah.

Bidang Perekonomian Kesultanan Mataram

Negara Mataram tetap merupakan negara agraris yang mengutamakan pertanian. Selain beras, Mataram juga menghasilkan gula kelapa dan gula aren. Hasil gula tersebut berasal dari daerah Giring di Guningkidul. Gula kelapa dan gula aren itu diekspor ke luar melalui Tembayat dan Wedi.

Kehidupan Sosial, agama serta Peran Ulama dan Partisipasinya

            Pada masa pemerintahan Sultan Agung, para ulama yang ada di kesultanan Mataram dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Ulama yang masih berdarah bangsawan,
2. Ulama yang bekerja sebagai alat birokrsi, dan
3. Ulama pedesaan yang tidak menjadi alat birokrasi.
Sebagai penguasa Mataram, Sultan Agung sangat menghargai para ulama karena mereka mempunyai moral dan ilmu pengetahuan tinggi. Jika ingin membuat kebijakan, Sultan Agung selalu memeinta nasihat dan pertimbangan kepada para ulama.

Ulama pada saat itu mencari cara agar Islam dapat melekat di hati masyarakat Mataram dengan budaya-budaya yang ada, salah satunya adalah Sunan Kalijaga, ulama yang berusaha keras agar ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat yang sudah kuat nilai kepercayaan terhadap ajaran dan doktrin budaya sebelum Islam. Berbagai cara telah beliau tempuh termasuk melalui karya seni yang telah mentradisi di masyarakat pada saat itu.

Pindahnya pusat pemerintahan dari pesisir utara Jawa ke daerah pedalaman yang agraris telah mempengaruhi budaya pra Islam dan menimbulkan warna baru bagi Islam yang kemudian disebut dengan Islam Sinkretisme. Sejak itulah keadaan Islam berpusat di Mataram mulai bercampur tangan dengan budaya setempat yang kemudian terkenal dengan Islam Kejawen.

Penggunaan gelar Sayidin Panatagama oleh Senopati menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya Mataram telah dinyatakan sebagai negara Islam. Raja berkedudukan sebagai pemimipin dan pengatur agama. Mataram menerima agama dan peradaban Islam dari kerajaan-kerajaan Islam pesisir yang lebih tua. Sunan Kalijaga sebagai penghulu terkenal masjid suci di Demak mempunyai pengaruh besar di Mataram. Tidak hanya sebagai pemimpin rohani, tetapi juga sebagai pembimbing di bidang politik. Hubungan-hubungan erat antara Cirebon dan Mataram memiliki peranan penting bagi perkembangan Islam di Mataram. Sifat mistik Islam dari keraton Cirebon merupakan unsur yang menyebabkan mudahnya Islam diterima oleh masyarakat Jawa di Mataram. Islam tersebut tentu adalah Islam Sinkretis yang menyatukan diri dengan unsur-unsur Hindu-Budha.

Namun peran ulama menjadi tergeser semenjak Mataram dikuasai oleh Amangkurat I. Pada saat itu terjadi de-islamisasi. Banyak ulama yang dibunuh sehingga kehidupan keagamaan merosot, sementara dekadensi moral menghiasi keruntuhan pamor Mataram akibat dari campur tangan budaya asing.

Peran di bidang kebudayaan Islam

Pada awal berdirinya Mataram, kebudayaannya masih kurang berkembang dikarenakan beberapa alasan, yaitu:
1. Para pendiri Mataram belum punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang spiritual dikarenakan perhatiannya difokuskan  pada soal-soal pembukaan dan pemanfaatan sumber daya alam. Pengolahan tanah dan penggarapan daerah-daerah tandus lebih banyak menyita waktu.
2. Penanaman kekuasaan politik hanya dapat dilakukan dengan kekuatan senjata. Oleh karena itu seluruh masa pemerintahan raja-raja pertama Mataram hanya dihabiskan dalam peperangan.

Baru pada masa pemerintahan raja yang ketiga, Sultan Agung mulai mengembangkan kebudayaan di Mataram. Unsur-unsur peradaban dari daerah-daerah pesisir Utara dan Jawa Timur yang dapat mempertinggi martabat keraton Mataram dibidang kebudayaan sesuai dengan kedudukannya sebagai istana raja penguasa tertinggi diseluruh tanah Jawa juga dalam hal penyebaran agama Islam, menyatukan diri dengan unsur-unsur Hindu-Budha yang disebut dengan islam Sinkretis.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Runtuhnya kerajaan Mataram :
1. Masuknya kolonial Belanda ke nusantara
2. Perselisihan antara pewaris takhta Mataram
3. Dipecahnya Mataram menjadi 2 kerajaan, berdasarkan perjanjian Giyanti.

No comments:

Post a Comment